Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam
pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya. Alomorf adalah variasi
bentuk dari suatu morfem disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.
Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat
dibagi atas bagian-bagianya, dan yang menngandung suatu ide. Nasalisasi adalah
proses merubah atau memberi nasal pada fonem-fonem.
1.1
Pilihan Kata (diksi)
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita
memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu
unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan
suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu
ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata
yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi
dan tempat penggunaan kata-kata itu.[1]
1.1.1
Keserasian Pilihan Kata
Penulis karangan, sadar tidak sadar,
berhadapan dengan masalah pemilihan kata, kadang-kadang komunikasi dapat juga
efektif dengan kosakata terbatas atau kurang tepat, tetapi pengenalan jumlah
kata yang terbatas berarti juga pembatasan sumber daya untuk mengungkapkan diri
di dalam kehidupan berbahasa.
Di samping saran umum yang biasanya
diajukan kepada orang yang ingin memperluas kosa katanya, yakni, (1) pemakaian
kamus umum dan kamus sinonim yang baik, (2) pemasukan kata baru di dalam
tulisan dan pembicaraan, dan (3) usaha membaca jenis tulisan yang
sebanyak-banyaknya, ada jalan lain untuk mencapai kosa kata yang luas dan untuk
memperoleh kepekaan bahasa yang lebih luas.
Kita dapat memilih kata baik karena
denotasinya maupun karena konotasinya. Denotasi kata ialah arti harfiahnya.
Denotasi dapat juga diartikan hubungan antara kata (atau ungkapan) dengan
barang, orang, tempat, sifat, proses, dan kegiatan di luar sistem bahasa (dan
yang disebut denotatanya). Jadi denotata
kata kuda ialah ‘kelas hewan mamalia pemakan rumput yang dipelihara manusia
untuk menarik muatan, mengangkut barang, atau untuk dikendarai’. Konotasi itu
dapat bersifat pribadi dan bergantung pada pengalaman orang seorang dengan kata
atau dengan barang atau gagasan yang diacu oleh kata itu. Misalnya, bagi
beberapa orang kata ular, jaksa, radikal,
mempunyai nilai rasa tambahan.
Selanjutnya kita dapat memilih di antara
kata yang kongkret dan kata yang abstrak. Kata yang kongkret mengacu ke barang
yang spesifik di dalam pengalaman kita. Kata yang kongkret dapat efektif sekali
di dalam karangan pengisahan (narasi) dan pemerian (deskripsi) karena
merangsang pancaindera. Namun, tidak semua karangan perlu bersifat kongkret.
Kata abstrak ialah kata yang merujuk sifat (panas, dingin, baik), ke nisbah (keperiadaan atau eksistensi, jumlah, urutan),
dan gagasan (keadilan, keberterimaan,
kesatuan). Kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang
rumit. Kata itu mampu menjelaskan perbedaan yang halus di antara gagasan yang
bersifat teknis dan khusus. Walaupun begitu, kita hendaknya berhati-hati jika
menggunakan kata abstrak sebab karangan yang dihamburi kata abstrak dapat
menjadi samar dan tidak cermat. Ambillah sebagai contoh, penggalan yang berikut
ini.
“….Saya pikir,
hakiki Pancasila adalah sifat monodualisme manusia. Yaitu, sifat dasar manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial; makhluk yang terlibat dalam
kehidupan spiritual dan jasmaniah. Persoalannya sekarang, sampai seberapa jauh
kedua hal itu bias berperanan dalam posisi berimbang. Di satu pihak, dari
kacamata yang berkuasa tampak ada kekuatiran terganggunay stabilitas, sehingga
bobotnya lebih ditekankan pada kolektivitas. Tetapi dari segi lain, keadaan
seperti ini belum cukup memberi peluang bagi partisipasi politik.” (Kompas, 18
Nov. 1981)
Salah pakai kata abstrak tidak saja
menyamarkan maksud penulis - yang tidak jarang sangat terpelajar, tetapi kata
itu juga menyebabkan karangannya tampak kaku.
Pemilihan yang berikut ialah di antara
kata umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk-beluknya atau
perinciannya. Kata umum ialah kata yang dapat diterapkan pada banyak hal, pada
kumpulan, atau pada keseluruhan sifat barang. Jika kata itu, sebaiknya, hanya
mengacu ke beberapa sifatnya itu atau ke beberapa bagiannya saja, kata itu
disebut khusus. Kata pakaian,
misalnya, termasuk kata umum, tetapi celana
jengki biru menggambarkan ide yang khusus.
Kata umum dan kata khusus tidak selalu
sama dengan kata abstrak dan kata kongkret. Kata umum tidak dengan sendirinya
abstrak, dan kata kongkret tidak selalu khusus. Ambillah contoh kata saudara
yang bersifat umum karena denotatanya banyak, tetapi yang jelas tidak abstrak.
Sebaliknya, kata itu tidak begitu khusus walaupun kongkret. Untuk
mengkhususkannya kita perlu memilih di antara kata abang, adik, sepupu, saudara dua pupu, saudara tiri, saudara susuan, dan
sebagainya
1.1.2
Kecermatan dan Ketepatan Pemakaian
Kata
Di dalam percakapan
pemakaian frasa tidak mengganggu, tetapi di dalam tulisan ungkapan yang ringkas
menjadikan diksi lebih sarat informasi. Bandingkanlah:mengadakan penelitian dengan
meneliti, disebabkan oleh fakta dengan
karena, mengajukan saran dengan
menyarankan, melakukan kunjungan dengan
berkunjung; meninggalkan kesan yang mendalam dengan sangat mengesankan; mengeluarkan pemberitahuan dengan memberitahukan. Tentu bukan maksudnya
kita selalu harus memilih kata yang ringkas; yang penting ialah kita jangan selalu memilih frasa yang panjang jika
ada padanannya yang lebih ringkas.
Pemakaian pewatas yang
berlebih dapat mengurangi kekuatan dan kecermatan diksi. Jika nomina dan verba
masing-masing sudah dapat menjelaskan maksud, maka kita tidak perlu menambahkan
pewatas yang sebenarnya tidak memperjelas keterangan. Kata atau ungkapan yang
banyak disalahgunakan antara lain ialah cukup,
relatif, pasti, sering, sangat, banyak, selalu, sama sekali. Misalnya, cukup memuaskan, relatif lebih murah, pasti
menang, sering menyalahgunakan kekuasaan, sangat meyakinkan, banyak pejabat
yang tidak mau bertanggung jawab, selalu datang terlambat, sama sekali belum
makan.
Diksi yang cermat dan
kuat berkurang nilainya karena pemakaian ungkapan klise, yakni frasa yang sudah
terlalu sering digunakan penulis yang tidak berdaya cipta dan yang malas
berpikir. Pidato dan uraian tidak jarang terjadi dari untaian ungkapan yang
berulang-ulang muncul dalam karangan yang sejenis. Misalnya masyarakat yang adil dan makmur, maaf lahir
batin, terima kasih sebelum dan sesudahnya, demi pembangunan manusia seutuhnya,
menurut Undang-undang Dasar ’45 dan Pancasila, ilmu dan teknologi, terancam
gulung tikar; agar unik, tonggak sejarah, arti tersendiri, saudara sebangsa dan
setanah air, dengan segala kerendahan hati, generasi penerus, pembunuhan sadis.
Karena lazimnya, pemakaian klise tidak dapat dihindari di dalam tulisan. Yang
harus dijaga ialah pemakaiannya yang berlebih.
Selanjutnya harus dibedakan diksi yang tidak
cermat – yang hanya menegaskan sesuatu dengan kira-kira – dengan diksi yang
tidak tepat, tidak betul, atau tidak kena. Diksi yang tidak cermat berhubungan
dengan pikiran yang kabur, diksi yang tidak betul dengan ketidaktahuan.
Misalnya, nyaris mendapat hadiah,
menduduki juara pertama, merupakan contoh diksi yang tidak cermat. Kata merubah
alih-alih mengubah, desertasi alih-alih desersi, profanasi alih-alih pelemahan ketahanan, akridasi alih-alih akreditasi, merupakan contoh diksi yang
tepat.
1.2
Semantik (Makna Kata)
Makna kata berarti maksud suatu kata atau
isi suatu pembicaraan atau pikiran. Makna suatu kata diartikan pula sebagai
hubungan antara lambang-lambang bahasa, baik itu yang berupa ujaran ataupun
tulisan, dengan hal atau barang yang dimaksudkannya.[2]
Makna kata bermacam-macam jenisnya. Ada yang disebut makna
leksikal dan makna gramatikal atau struktural, makna denotatif dan makna
konotatif, dan sebagainya
1.2.1
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Pembagian kedua jenis makna tersebut
berdasarkan ada atau tidak adanya perubahan bentuk kata. Kata yang belum
mengalami perubahan bentuk, kata itu mengandung makna leksikal. Namun demikian,
apabila kata itu telah mengalami perubahan, baik itu yang berupa pengimbuhan,
perulangan, ataupun pemajemukan, kata itu mengandung makna gramatikal. Demikian
pula apabila telah digunakan dalam kalimat, makna yang dikandung kata itu
berupa makna gramatikal.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah
dirumuskan pengertian-pengertian sebagai berikut:
a.
Makna leksikal, adalah makna suatu kata sebelum mengalami proses
perubahan bentuk ataupun belum digunakan dalam kalimat. Makna leksikal seting
pula disebut makna kamus. Makna leksikal adalah makna yang berdasarkan kamus.
Untuk mengetahui makna leksikal suatu kata, dalam kamuslah makna itu adanya.
b.
Makna gramatikal, adalah makna suatu kata setelah kata itu
mengalami proses gramatikalisasi, baik itu melalui pengimbuhan, pengulangan,
ataupun pemajemukan. Makna gramatikal suatu kata bisa sama, berubah, atau
bahkan berbeda sama sekali dengan makna leksikalnya. Makna gramatikal sangat
bergantung pada struktur kalimatnya. Oleh karena itu, makna gramatikal sering
pula disebut makna struktural.
Contoh:
Jenis
makna Contoh kata Makna
Leksikal ibu orang yang
melahirkan
Gramatikal keibuan bersifat seperti seorang
ibu (orang yang melahirkan, penuh sayang)
Contoh lainnya adalah perbedaan makna pada kata didik, pendidik, pendidik-pendidik, dan pendidikan. Sebelum
membentuknya menjadi kata berimbuhan, kata didik
masih mengandung makna leksikal. Setelah diberi imbuhan, misalnya menjadi pendidik atau pendidikan, kata itu telah mengandung makna gramatikal. Imbuhan pe- menyebabkan penambahan makna pada
kata didik, yakni bermakna ‘orang’
atau ‘pekerjaan’ (orang yang pekerjaannya mendidik). Demikian halnya, bila kata
itu diberi imbuhan pe-an, maknanya
bertambah menjadi ‘hal yang berhubungan mendidik’. Apabila yang dikehendaki
bermakna ‘banyak pendidik’, kata itu harus diubah menjadi pendidik-pendidik; bila yang dikehendaki bermakna ‘perbuatan’, kata
itu diubah menjadi ‘mendidik’.
Perubahan-perubahan
tersebut tidak menyebabkan makna didik
berubah seluruhnya. Makna leksikalnya, baik setelah berubah menjadi mendidik, pendidik, maupun pendidikan, masih dapat ditelusuri.
Berdasarkan kamus itulah, makna leksikal kata didik dapat kita ketahui.
Cara tersebut dapat dilakukan terhadap
kata-kata bentukan yang lain. Makna leksikal itulah yang dapat dijadikan dasar
penentuannya. Untuk makna pengelolaan misalnya,
pertama-tama yang harus kita cari adalah makna leksikal dari kata kelola. Kemudian, kita mencari arti
imbuhan pe(N)-an untuk menentukan
makna gramatikalnya
1.2.2
Makna Denotatif dan Makna Konotatif
. Pembagian kedua jenis makna itu
didasarkan ada-tidaknya perubahan pada makna dasar suatu kata. Apabila pada
kata itu tidak ada perubahan makna, maka kata itu mengandung makna denotasi. Sebaliknya, apabila kata
itu mengalami perubahan makna, maka kata itu mengandung makna konotasi. Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu
tidak mengalami penambahan-penambahan makna. Makna kata itu sesuai dengan
konsep asal, apa adanya.
Makna konotasi adalah makna yang
berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang. Makna konotasi sebenarnya
merupakan makna denotasi yang telah mengalami penambahan. Berdasarkan perasaan
atau pikirannya, seseorang melakukan penambahan-penambahan makna, baik itu yang
berupa pengkiasan ataupun perbandingan dengan benda atau hal lainnya. Ada tidaknya penambahan
makna pada suatu kata, diketahui dari konteks penggunaannya dalam kalimat.
Berdasarkan hal itu, makna konotasi sering pula disebut makna kias atau makna
kontekstual.
Contoh:
Jenis makna Contoh kata Makna
Denotasi ibu guru perempuan yang
pekerjaannya mengajar
Ibunya Amir perempuan yang melahirkan Amir
Konotasi ibu kota pusat
pemerintahan
Ibu jari jari yang paling besar, jempol
1.2.3
Gejala-gejala Perubahan Makna Kata
Dalam penggunaannya, suatu kata sering
kali mengalami perubahan makna. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perluasan,
penyempitan, peninggian, perendahan, dan sebagainya.
Perluasan Makna (generalisasi), terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas
dari makna asalnya.
Contoh kata Makna asal Makna
baru
Ibu emak setiap
perempuan dewasa, nyonya
Bapak ayah setiap
laki-laki dewasa, tuan
Penyempitan
makna (spesialisasi), terjadi
apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada makna asalnya.
Contoh kata Makna asal Makna
baru
Ulama orang yang
berilmu pemuka
Islam
Sarjana cendikiawan gelar
universitas
Ameliorasi
adalah perubahan makna kata yang
nilai rasanya lebih tinggi daripada asalnya.
Contoh kata Makna asal Makna
baru
Wanita lebih
rendah daripada perempuan lebih tinggi daripada perempuan
Peyorasi adalah
perubahan makna kata yang nilainya menjadi lebih rendah daripada sebelumnya
Contoh kata Makna asal Makna
baru
Fundamentalis Orang yang berpegang
pada prinsip orang yang hidup eksklusif, mengutamakan kekekerasan
Kroni sahabat kawan
dari seorang penjahat
Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua
indra yang berlainan
Contoh kata Makna
asal Makna
baru
Kata-katanya pedas indra pengecap indra pendengaran
Berwajah dingin indra perasa indra penglihatan
Asosiasi adalah
perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh kata Makna asal Makna
baru
Amplop wadah untuk
memberi uang suap
Buaya binatang
buas orang
jahat